Materi Kuliah
High Context and Low Context
Komunikasi Antar Budaya
Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Islam Sultan Agung
Pengertian High Context dan Low Context
High Context adalah
perkataan atau pernyataan yang sekedar basa basi atau kata yang sekedar candaan
yang tidak memberi arti yang serius, maksudnya adalah type high contect ini
merupakan type yang suka berputar-putar dalam memberikan pernyataan sebelum
menjelaskan maksud atau arti yang sebenarnya. Sedangkan Low Context adalah
perkataan atau sebuah pernyataan yang tidak mengandung candaan dan langsung
menjelaskan maksud atau arti sebenarnya. Low context memang kebalikan dari High
Context.
Sebagai contoh, di
sebuah surat kabar ada berita mengenai presiden SBY yang marah kepada
menterinya yang besekongkol dengan DPR atau pejabat eksekutif lainnya untuk
menyimpangkan anggaran (Pikiran Rakyat 20 Juli 2012). Di artikel yang sama, ada
tanggapan dari sejumlah menteri yang memberikan komentar mengenai kasus
tersebut. Menteri Kemenpora mengatakan bahwa teguran itu ditujukan kepada semua
menteri. Menteri Kemenakertrans mengatakan bahwa teguran itu bukan ditujukan
pada dirinya. Jadi, yang menjadi pertanyaan adalah kepada siapa presiden SBY
marah?
Ada 2 tipe komunikasi
dalam hal kemudahan diinterpretasi, yaitu High Context dan Low Context. High
Context membutuhkan informasi-informasi tambahan untuk memahami arti dari isi
atau pesan komunikasinya. Pada High Context sifatnya terkadang tidak to the
point alias tersirat. Sementara yang Low Context relatif mudah
diinterpretasikan atau dicerna kata-katanya, karena disitu menampilkan makna
tersurat, tidak bermakna ganda sehingga tidak perlu banyak usaha untuk
mengartikannya.
Kembali ke kasus
diatas, ketika marah itu tidak ditujukan dengan jelas untuk siapa dan apa yang
diharapkan darinya, bisa dikatakan Presiden SBY sedang melakukan High Context
Communication. Apabila mengharapkan perubahan pada kebinet atau pada
menterinya, harusnya yang digunakan adalah Low Context Communication, dimana
tipe tersebut merupakan tipe yang to the point pada permasalahan dan spesifik
dari sisi target khalayak maupun perilaku yang diharapkan.
Teori High
Context Culture dan Low Context Culture
Teori
yang dikemukakan oleh Edward T. Hall ini didasari oleh teori individual dan
collectivism. Low context culture terdapat pada masyarakat yang menganut budaya
individual. Sedangkan High context culture tidak. Edwar T. Hall (1973)
menjelaskan perbedaan konteks budaya tinggi dan konteks budaya rendah. Budaya
kenteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks tinggi, yaitu kebanyakan
pesan bersifat implisit tidak langsung dan tidak terus terang. Pesan yang
sebenarnya tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara: intonasi suara,
gerakan tangan, postur badan, ekspresi wajah, tatapan mata atau bahkan konteks
fisik. Pernyataan verbalnya bisa berbeda atau bertentangan dengan pesan
nonverbal.
Konteks budaya rendah
ditandai dengan pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas dan
terus terang. Pada budaya konteks rendah mereka mengatakan maksud dan
memaksudkan apa yang mereka katakan. Teori ini mengkategorikan masyarakat
melalui banyaknya simbol-simbol ataupun makna yang tersembunyi dalam setiap
interaksi. Semakin banyak simbol atau makna yang tersembunyi semakin ia
bersifat High Context Culture. Namun dalam kenyataannya, sebuah budaya tidak
secara utuh dikategorikan High Context Culture karena sebagiannya memiliki
kecenderungan termasuk dalam Low Context Culture. Demikian pula sebaliknya
dalam sebuah budaya yang didominasi Low Context Culture, didalamnya terdapat
bagian High Context Culture.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMakasih bro sangat membantu😂👌
BalasHapusMakasih bro sangat membantu😂👌
BalasHapusKalau bisa di kasih referensi pada setiap artikel yang di buat
BalasHapusTrimakaseh kaka sangat membantu😊
BalasHapusThanks min
BalasHapusKomentar ini telah di hapus oleh penulis
BalasHapus