I'm fine baby, how are you? -@adieluthfi

Selasa, 13 Mei 2014

High Context and Low Context

Materi Kuliah
High Context and Low Context
Komunikasi Antar Budaya
Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Islam Sultan Agung


Pengertian High Context dan Low Context
High Context adalah perkataan atau pernyataan yang sekedar basa basi atau kata yang sekedar candaan yang tidak memberi arti yang serius, maksudnya adalah type high contect ini merupakan type yang suka berputar-putar dalam memberikan pernyataan sebelum menjelaskan maksud atau arti yang sebenarnya. Sedangkan Low Context adalah perkataan atau sebuah pernyataan yang tidak mengandung candaan dan langsung menjelaskan maksud atau arti sebenarnya. Low context memang kebalikan dari High Context.
Sebagai contoh, di sebuah surat kabar ada berita mengenai presiden SBY yang marah kepada menterinya yang besekongkol dengan DPR atau pejabat eksekutif lainnya untuk menyimpangkan anggaran (Pikiran Rakyat 20 Juli 2012). Di artikel yang sama, ada tanggapan dari sejumlah menteri yang memberikan komentar mengenai kasus tersebut. Menteri Kemenpora mengatakan bahwa teguran itu ditujukan kepada semua menteri. Menteri Kemenakertrans mengatakan bahwa teguran itu bukan ditujukan pada dirinya. Jadi, yang menjadi pertanyaan adalah kepada siapa presiden SBY marah?
Ada 2 tipe komunikasi dalam hal kemudahan diinterpretasi, yaitu High Context dan Low Context. High Context membutuhkan informasi-informasi tambahan untuk memahami arti dari isi atau pesan komunikasinya. Pada High Context sifatnya terkadang tidak to the point alias tersirat. Sementara yang Low Context relatif mudah diinterpretasikan atau dicerna kata-katanya, karena disitu menampilkan makna tersurat, tidak bermakna ganda sehingga tidak perlu banyak usaha untuk mengartikannya.
Kembali ke kasus diatas, ketika marah itu tidak ditujukan dengan jelas untuk siapa dan apa yang diharapkan darinya, bisa dikatakan Presiden SBY sedang melakukan High Context Communication. Apabila mengharapkan perubahan pada kebinet atau pada menterinya, harusnya yang digunakan adalah Low Context Communication, dimana tipe tersebut merupakan tipe yang to the point pada permasalahan dan spesifik dari sisi target khalayak maupun perilaku yang diharapkan.

Teori High Context Culture dan Low Context Culture
            Teori yang dikemukakan oleh Edward T. Hall ini didasari oleh teori individual dan collectivism. Low context culture terdapat pada masyarakat yang menganut budaya individual. Sedangkan High context culture tidak. Edwar T. Hall (1973) menjelaskan perbedaan konteks budaya tinggi dan konteks budaya rendah. Budaya kenteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks tinggi, yaitu kebanyakan pesan bersifat implisit tidak langsung dan tidak terus terang. Pesan yang sebenarnya tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara: intonasi suara, gerakan tangan, postur badan, ekspresi wajah, tatapan mata atau bahkan konteks fisik. Pernyataan verbalnya bisa berbeda atau bertentangan dengan pesan nonverbal.


Konteks budaya rendah ditandai dengan pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas dan terus terang. Pada budaya konteks rendah mereka mengatakan maksud dan memaksudkan apa yang mereka katakan. Teori ini mengkategorikan masyarakat melalui banyaknya simbol-simbol ataupun makna yang tersembunyi dalam setiap interaksi. Semakin banyak simbol atau makna yang tersembunyi semakin ia bersifat High Context Culture. Namun dalam kenyataannya, sebuah budaya tidak secara utuh dikategorikan High Context Culture karena sebagiannya memiliki kecenderungan termasuk dalam Low Context Culture. Demikian pula sebaliknya dalam sebuah budaya yang didominasi Low Context Culture, didalamnya terdapat bagian High Context Culture.

7 komentar: